Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Model-Model Pembelajaran HOTS Sesuai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

Sebagai salah satu program dari Ditjen GTK, model-model pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill) digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan siswa yang lulus. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan kepanjangan tangan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan merumuskan penggunaan metode pembelajaran yang beroerientasi pada berpikir tingkat tinggi ini wajib untuk diketahui.

model-model pembelajaran hots

Sebagai bentuk arahan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, penerapan model belajar HOTS pada tahun 2018 dilakukan. Model ini juga sudah menyatu dengan Penguatan Pendidikan Karakter. Apa saja model pembelajaran dengan metode Higher Order Thinking Skill ini? SMKPenerbangan memberikan ulasannya untuk anda.

Model-Model Pembelajaran HOTS (Higher Order Thinking Skill)

Sesuai dengan penerapan Kurikulum 2013, pada pembelajaran HOTS menciptakan anak didik yang memiliki perilaku saintifik, sosial, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Terdapat 3 model yang bisa diterapkan dalam HOTS sesuai dengan buku pedoman pembelajaran HOTS. Diantaranya yaitu:

1. Model Penemuan/Discovery/Inquiry Learning

Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/inquiry Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferensi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001).

2. Model Pembelajaran Problem-based Learning (PBL)

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). 

Salah satu model-model pembelajaran HOTS ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt). Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009) antara lain: 

  1. masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
  2. biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured)
  3. masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective)
  4. masalah membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru
  5. sangat mengutamakan belajar mandiri
  6. memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja
  7. pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. 

Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah. Pada PBL guru berperan sebagai guide on the side daripada sage on the stage. Hal ini menegaskan pentingnya bantuan belajar pada tahap awal pembelajaran. Peserta didik mengidentifikasi apa yang mereka ketahui maupun yang belum berdasarkan informasi dari buku teks atau sumber informasi lainnya

3. Model Pembelajaran Project-Based Learning

Model Project-based Learning adalah salah satu model-model pembelajaran HOTS yang melibatkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang dituangkan dalam sebuah produk untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain. Karakteristik PjBL antara lain:

  1.  Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan, hingga pemaparan produk
  2. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan
  3. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat
  4. Melatih kemampuan berpikir kreatif
  5. Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan

Sebagai tambahan informasi: dalam implementasi Kurikulum K13, guru bisa mengembangkan selain yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 yang telah dijelaskan diatas. Metode yang bisa dipilih diantaranya Cooperative Learning yang mempunyai berbagai metode seperti:

  • Jigsaw
  • Numbered Head Together (NHT)
  • Make a Match
  • Think-Pair-Share (TPS)
  • Example not Example
  • Picture and Picture 
  • dan lain sebagainnya.

Post a Comment for "Model-Model Pembelajaran HOTS Sesuai Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016"